Amputasi Referensi/Rujukan Umat Cara Paling Ampuh Menjauhkan Umat Dari Agama
Beberapa tahun belakangan masyarakat kita disuguhkan dengan narasi-narasi yang sekilas nampak benar dan ideal. Tapi sesungguhnya narasi berbahaya dan memang ditarget untuk merusak umat Rasulullah shalallahu alayhi wa sallam. Para ulama menyebutnya dengan ungkapan كلمة حق أريد بها الباطل.
Diantara narasi itu
1. Kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah
Masyarakat awam ditanamkan pemikiran bahwa kita beragama mesti mengikuti قال الله وقال الرسول. Ikut apa yang Allah dan Rasulullah katakan. Dan setiap materi pengajian Wahabi dipoles seakan langsung bersumber dari ayat Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga muncul stigma di masyarakat, seakan hanya pengajian Wahabi yang mengajarkan Al-Qur'an dan Sunnah kepada umat dan para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah sejak dahulu tidak mengajarkan Al-Qur'an dan Sunnah kepada umat. Kajian mereka kemudian dibranding dengan kajian Sunnah dan Ustadz mereka adalah Ustadz Sunnah. Selain mereka ahli bid'ah. Dan jama'ah mereka didesign untuk berkacamata kuda dengan memproteksi jama'ah agar tidak ikut pengajian para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah.
Padahal faktanya, tidak ada ulama yang dirujuk umat selama ini yang mengajarkan agama kecuali landasan dasarnya Al-Qur'an dan Sunnah. Landasan pertama dan utamanya al-Qur'an dan Sunnah. Ketika terjadi perbedaan pendapat diantara mereka, mereka hanya berbeda pendapat dalam menyimpulkan cara mengamalkan agama karena perbedaan mereka dalam memahami maksud ayat Al-Qur'an dan Sunnah. Bukan karena berbeda referensi; sebagian beramal berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah dan sebagian lain tidak berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah.
Tapi ketika para ulama berbeda kesimpulan, mereka buat lagi narasi jahat, tinggalkan semua perbedaan dan kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah. Padahal sesungguhnya umat digiring agar hanya mengikuti pendapat Wahabi dan buang semua pendapat selain Wahabi. Umat disatroni dengan pemikiran menohok; mau ikut Sunnah atau Imam Syafi'i?! Seakan pendapat-pendapat Wahabi adalah Sunnah itu sendiri dan selain Wahabi berbeda dengan Sunnah.
Jika umat yang awam digiring untuk langsung kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah, mereka memahami Al-Qur'an dan Sunnah dengan apa? Ilmunya tidak punya. Hasilnya, umat akan memahami Al-Qur'an dan Sunnah dengan nafsu bukan dengan ilmu. Setiap orang akan bebas menterjemahkan ajaran agama semau gue!
2. Ikuti Pemahaman Salaf
Ketika para ulama berijtihad untuk menjelaskan perspektif agama terhadap setiap perbuatan manusia dan berbeda pendapat dengan ulama mereka digulirkan lagi narasi bahwa cara mengamalkan agama terbaik adalah dengan mengikuti pemahaman Salaf. Istilah"Salaf" itu ditujukan untuk para ulama yang mereka ikuti dengan fanatik, meskipun baru meninggal beberapa tahun lalu. Dan kalau dikejar, siapa Salaf yang kalian maksud?! Tidak pernah dengan tegas mereka sebutkan siapa orangnya! Mereka hanya berlindung dengan frame kami beramal berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah dan mengikuti pemahaman Salafus Saleh.
Para ulama yang dirujuk umat selain Wahabi dicari salahnya dan diframing negatif.
Mari analisa;
1. Jangan ikuti UAS karena UAS Maulid Nabi dan bersuluk.
2. Jangan ikuti Ustadz Adi Hidayat karena menghalalkan musik
3. Jangan mempelajari kitab Syaikh Aiman Suwaid, karena terindikasi Sufi.
4. Jangan belajar al-Ajurrumiyah karena pengarangnya seorang Sufi.
5. Jangan membaca Tafsir Jalalain, atau Al Itqan Fi Ulum al-Qur'an, karena Al Hafizh al-Suyuthi seorang Asy'ari
6. Jangan belajar qiraat Hafsh, karena Hafsh dinilai sebagai seorang pendusta oleh Yahya bin Ma'in dalam hal Hadits
7. Jangan belajar ushul Fiqh dari Al Waraqat, karena Imam Al Juwaini seorang Asy'ari. Ahli Kalam.
8. Jangan belajar tajwid dan Qiraat dari kitabnya Ibnul Jazari, karena dia pernah tabarruk ke makamnya Imam Syafi'i dan membolehkan tawassul kepada Nabi dan orang soleh
9. Jangan baca Fathul Bari, karena Ibnu Hajar banyak melakukan Tafwidh dalam Asma Wa Shifat
10. Jangan baca Syarah Sahih Muslim, karena Imam Nawawi melakukan takwil
11. Jangan baca Sahih al-Bukhari karena Imam Bukhari mentakwil: وجهه dengan ملكه
12. Jangan baca Al-Muwatha' Imam malik kerena Imam Malik mentakwil نزل امره
13. Jangan ambil riwayat Abu Hurairah karena Abu Hurairah bertasbih 12 ribu setiap hari.
Jika referensi Tajwid, Qiraat, ilmu Al-Qur'an, Tafsir, Hadis Sahih, Syarah Hadis Sahih, Nahwu, Ushul Fiqh, dan ilmu lainnya diframing negatif, umat akan belajar kepada yang bukan ahlinya. Umat diamputasi dari referensi otoritatif.
Padahal sesungguhnya umat ini sejak dahulu sudah benar dalam berakidah dan beramal dengan mengikuti Salafus Salih (Imam Abu Hasan Al Asy'ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi) dan dalam amaliyah mengikuti Salafus Salih (Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hambal). Umat sudah benar dalam mengikuti ulama sesuai dengan spesialisasi keilmuan mereka masing-masing yang juga mengikuti ulama Salafus Salih.
Kalau jeli memahami cara wahabi berpikir, penyebaran paham Wahabi adalah strategi orang-orang yang tidak senang dengan Islam untuk menjauhkan umat dari Islam dengan mengamputasi referensi umat: Al-Qur'an dan Sunnah serta ulama yang otoritatif. Umat dijauhkan dari emas dan dihibur dengan imitasi. Umat dijauhkan dari isi dan disibukkan dengan casing. Gerakan Wahabi itu tidak bergerak dengan alami. Tapi ada yang merancangnya dan ada makar jahat dibaliknya.
📸: wahabi tukang edit flyer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar